Phu Lampung Timur - Hampir sepekan meninjau
persiapan akhir penyelenggaraan layanan haji bagi jemaah Indonesia di Arab
Saudi, Menag menggelar rapat evaluasi di kantor Daerah Kerja
(Daker) Makkah, Selasa (12/06).
Menag menilai persiapan haji 1439H/2018M sudah
hampir final. Bahkan, ada sejumlah inovasi pada penyelenggaraan haji tahun
ini.
"Cek akhir persiapan haji 2018 berjalan
lancar. Bersyukur, secara keseluruhan layanan sudah siap 90-95%. Tinggal
finalisasi kontrak beberapa hotel di Madinah dan penyelesaian kontrak
katering," tutur Menag di Makkah, Selasa (12/06).
Menag mencatat ada sejumlah inovasi baru pada
musim haji 2018. Pertama, rekam biometriks jemaah bisa dilakukan pada semua
embarkasi haji di Indonesia.
Sejak 2016, Kemenag terus mengusahakan agar rekam
biometrik yang mencakup data 10 sidik jari dan foto wajah jemaah haji bisa
dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut bisa terealisasi tahun ini.
"Inovasi ini akan memotong antrian dan masa
tunggu yang sangat panjang saat pemeriksaan imigrasi jemaah, baik di Bandara
Madinah maupun Bandara Jeddah," jelas Menag.
"Dari sebelumnya bisa 4-5 jam, tahun ini
diharapkan antrian jemaah di kedua bandara di Saudi itu hanya sekitar satu
jam," sambungnya.
Setibanya di bandara Madinah atau Jeddah,
jemaah tinggal melakukan proses clearance (verifikasi akhir), berupa
perekaman hanya satu sidik jari dan stempel paspor kedatangan. Bahkan,
khusus embarkasi Jakarta - Pondok Gede (JKG), Jakarta - Bekasi (JKS), dan
Embarkasi Surabaya (SUB), seluruh proses imigrasi, baik biometrik
maupun clearance sudah dilakukan di Indonesia. "Jadi, sampai bandara
di Madinah atau Jeddah, jemaah yang berangkat dari tiga embarkasi ini
bisa langsung menuju bus untuk diantar ke hotel," ujar Menag.
Inovasi kedua, QR Code pada gelang jemaah. QR
Code berisi rekam data identitas jemaah yang dapat diakses melalui aplikasi
haji pintar. Ini akan memudahkan petugas haji dalam mengidentifikasi dan
membantu jemaah yang membutuhkan pertolongan.
Ketiga, sistem sewa akomodasi satu musim
penuh di Madinah. Selama ini, sistem sewa seperti itu hanya diterapkan di
Makkah. Di Madinah, sewa akomodasi dilakukan secara _blocking time_.
Mulai tahun ini, 52,02% jemaah akan ditempatkan
di 32 hotel yang disewa satu musim penuh. Artinya, hotel menjadi hak jemaah
Indonesia secara penuh tidak dibagi dengan negara lain. Dengan begitu,
pemindahan jemaah dari Madinah ke Makkah atau sebaliknya, dapat dilakukan
dengan memperhatikan kenyamanan jemaah.
"Kita tidak lagi khawatir dengan masalah
batas waktu tinggal di hotel, seperti pada sistem blocking time," tutur
Menag.
Keempat, penggunaan bumbu masakan dan juru masak
(chef) asal Indonesia. Kemenag minta kepada seluruh perusahaan katering untuk
menggunakan bumbu asli dari Indonesia. Selain untuk menjaga cita rasa khas
kuliner Indonesia, ini juga untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke luar negeri.
Selama ini, bumbu masak di Saudi didominasi dari negara lain.
"Kami juga wajibkan penyedia katering untuk
memperkerjakan juru masak asli Indonesia," ujarnya.
Kelima, layanan katering bagi jemaah haji
Indonesia selama di Makkah ditambah. Kalau sebelumnya hanya 25 kali, tahun ini
menjadi 40 kali. Selain itu, ada juga penambahan pemberian kelengkapan
minuman dan makanan berupa teh, gula, kopi, saos sambel, kecap dan satu
potong roti untuk setiap jemaah. Sementara dana _living cost_ sebesar
SAR1500, tetap diberikan penuh sebagaimana biasa sehingga bisa digunakan jemaah
untuk keperluan lainnya.
"Jemaah haji yang diberangkatkan pagi hari
dari hotel di Makkah pada 8 dzulhijjah atau fase puncak haji, akan mendapat
tambahan makan siang di Arafah," ujar Menag.
Inovasi keenam, penandaan khusus pada paspor dan
koper, serta penggunaan tas kabin. Untuk memudahkan pengelompokan, paspor dan
koper jemaah tahun ini diberi tanda warna khusus per rombongan di setiap
kloternya. Tanda warna ini juga sekaligus menunjukan sektor atau wilayah
hotel dan nomer hotel tempat tinggal jemaah.
Inovasi ini untuk mempermudah identifikasi paspor
dan menghindari tertukarnya koper jemaah. Apalagi, tahun ini layanan
hotel juga ditambah dengan jasa angkut sehingga jemaah tidak perlu lagi membawa
kopernya hingga sampai pintu kamar. Sebelumnya, koper jemaah sering
bercampur karena sulit diidentifikasi dan mereka juga membawa kopernya sendiri
ke kamar.
Tahun ini, tas kabin jemaah juga diubah dari
sebelumnya berbentuk tas jinjing/tenteng menjadi tas beroda sehingga mereka
tinggal menariknya.
Inovasi ketujuh adalah pengalihan porsi bagi
jemaah wafat kepada ahli waris. Tahun ini, Kemenag telah mengeluarkan
regulasi baru bahwa jemaah wafat boleh digantikan ahli warisnya. Dengan
syarat, jemaah tersebut wafat setelah ditetapkan sebagai jemaah berhak
lunas pada tahun berjalan. Untuk tahun ini, mereka adalah jemaah yang
wafat setelah 16 Maret 2018.
Sebelumnya, porsi jemaah wafat tidak bisa
digantikan sehingga uangnya ditarik kembali oleh ahli waris. Jika akan
digunakan untuk mendaftar, maka ahli waris terhitung dalam antrian
baru.
Pencetakan visa yang saat ini sudah bisa
dilakukan oleh Kemenag menjadi inovasi kedelapan. Inovasi ini sangat signifikan
dalam mempercepat proses penyiapan dokumen keberangkatan jemaah.
Sebelumnya, Kemenag harus menunggu visa dari Kedutaan Saudi sehingga tidak
jarang prosesnya menjadi lebih lama.
Kesembilan, guna mengintensifkan layanan
bimbingan ibadah, Kemenag tahun ini menempatkan satu konsultan di tiap
sektor. Selama ini, konsultan ibadah hanya ada di kantor Daker (Daerah
Kerja) Makkah. Konsultan ini diharapkan bisa bersinergi dengan Tim Pembimbing Ibadah
Haji Indonesia (TPIHI) yang ada di tiap kloter.
Terakhir atau inovasi kesepuluh, Kemenag
membentuk tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH). Tim ini terdiri dari
petugas layanan umum yang memiliki kemampuan medis. Diisi oleh petugas dari
rumah sakit haji, prodi kedokteran UIN Jakarta, serta rumah sakit
TNI/Polri.
Tim ini disiapkan untuk mendukung layanan
kesehatan pada puncak haji, utamanya pada hari pertama lontar jumrah.
Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, banyak jemaah yang membutuhkan
pertolongan kesehatan di areal Jamarat menuju Mina.
"Sepuluh inovasi ini merupakan upaya
Pemerintah untuk terus meningkatkan pelayanan bagi jemaah. Harapannya, mereka
bisa beribadah dengan tenang, memperoleh kemabruran, serta kembali ke Tanah Air
dalam kondisi sehat," ucap Menag.
"Kami coba memikirkan hingga detail kecil.
Bahkan, jemaah kloter awal tahun ini tidak diundi hotelnya. Mereka akan
ditempatkan di radius terdekat dengan Masjidil Haram. Tujuannya, memudahkan
mereka melakukan tawaf wada’ saat bus shalawat belum beroperasi dan mereka
harus segera bersiap pulang ke Tanah Air," tandasnya.
Menag Lukman bertolak ke Arab Saudi pada Kamis
(07/06) lalu. Setibanya di Jeddah, Menag langsung memimpin rapat
bersama jajaran Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, tim penyedia
layanan, serta Konjen RI di Jeddah dan tim Kantor Urusan Haji (KUH). Rapat
membahas update kesiapan layanan haji tahun ini.
Esok harinya, Jumat (08/06), Menag bertolak ke
Madinah untuk melihat langsung persiapan di sana, mulai dari katering,
hotel, hingga layanan kesehatan. Minggu (10/06), Menag melihat kesiapan
layanan di Kota Makkah. Selain cek hotel jemaah, Menag juga melakukan
simulasi layanan dan rute bus sholawat yang akan mengantar jemaah dari hotel
menuju Masjidil Haram
Posting Komentar untuk "10 Inovasi Penyelenggaraan Hai Tahun 2018 M Oleh Kemenag RI"
Jadilah komentator yang baik dan santun ...