Jeddah - Kota Jeddah menyimpan banyak sejarah
haji bangsa Indonesia sejak masih menjadi jajahan Hindia Belanda. Selain kisah
perjalanan Jemaah haji menggunakan kapal laut yang berlabuh di Jeddah, kota ini
juga menyisakan bangunan-bangunan tua yang diyakini sebagai salah satu tempat
pemeriksaan Jemaah Indonesia kala itu. Pada tahun 1872 Hindia Belanda
mendirikan konsulat di Jeddah.
Lokasinya berada di kompleks kota tua Jeddah yang
biasa disebut dengan al Balad. Menurut catatan Konsul W Hanegraaf dalam
laporannya pada 1873 yang dimuat di buku Consuls and the Institutions of Global
Capitalism, 1783-1914 (2015), konsul itu harus didatangi jemaah haji dari Tanah
Air begitu tiba di Jeddah. Di konsulat itu, jemaah kemudian menyerahkan surat
izin perjalanan yang dikeluarkan otoritas Belanda di masing-masing daerah di
Tanah Air untuk kemudian diregistrasi.
Begitu juga nanti, saat mereka pulang berhaji dan
hendak kembali ke kampung halaman. Mereka harus mengambil surat izin perjalanan
yang disita pada kedatangan. “Jadi, jika ada yang meragukan keaslian perjalanan
haji seseorang mereka tinggal menyurati konsul di Jeddah yang bisa langsung
mengetahui daftar jemaah dari Pattie atau Soerabaja, misalnya,” tulis Hanegraaf
dalam laporan tersebut.
Pada saat itu, otoritas kolonial Belanda juga
kerap menginterogasi para jemaah soal perkembangan isu-isu perlawanan terhadap
kolonialisme di Makkah. Hal tersebut secara tak langsung menunjukkan di mana
kira-kira lokasi konsulat Belanda di Jeddah pada masa itu.
“Buat kami, yang hidup seperti tahanan di dalam
dinding Kota Jeddah, Makkah sebagai pusat Dunia Islam sama sekali tertutup,”
tulis Konsul J A de Vicq yang menjabat dari 1885 hingga 1889 dalam laporannya.
Lokasi persis konsulat Belanda di al Balad tidak
diketahui. Dari berbagai catatan disebutkan bahwa dibatasi oleh tembok-tembok
dan gerbang-gerbang Kota Tua Jeddah. Dari berbagai dokumen didapatkan
Satu-satunya petunjuk dari gambar-gambar pada masa itu adalah ia terletak di
sebelah selatan Gerbang Madinah.
Saat ini, gerbang tersebut masih berdiri di
seberang jalan Masjid Qishas di wilayah Al Balad, Jeddah. Saat saya ke sana,
gerbang itu dijaga oleh dua Abdullah yang sama-sama warga Saudi keturunan
Afrika. Berjalan sore hari di labirin yang penuh dengan gang sempit ditemukan
banyak tetua yang duduk santai. Mereka rata-rata keturuan Afrika.
Syarif, seorang lanjut usia yang juga berasal
dari Mogadishu, membenarkan bahwa al Balad dulunya sebagai tempatnya
orang-orang non muslim saat difungsikan sebagai konsulat untuk pemeriksaan
Jemaah haji.
“Jemaah haji dari zaman dulu sekali katanya di
sini tempatnya,” kata pria berusia 75 tahun tersebut.
Selama hampir dua jam berkeliling di kota tua al
Balad belum dapat diketahui secara persis di mana gedung-gedung tempat jemaah
haji lawas dari Tanah Air mengantre dan mengurus beleid menuju Tanah Suci. Tapi
bisa dipastikan, mereka pernah di kota tua ini.
Sumber diambil dari: Official website Dirjen Haji RI
Posting Komentar untuk "Jejak Era Kolonialisme Di Kota Tua Jeddah"
Jadilah komentator yang baik dan santun ...